Nama : Ulik Alta
Nim : 13.13101.10.04
Kesehatan
Lingkungan Dengan Pendekatan Ekosistem
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Di
sekitar kita terdapat berbagai komponen lingkungan yang saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut telah terjalin
sekian lama, sehingga terbentuk sebuah keseimbangan. Namun sayangnya berbagai
intervensi manusia telah merusak tatanan dan keseimbangan yang terjadi,
sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya. Manusia bersama
tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk
hidup, dalam ruangan itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara
yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan
batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan
tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup.
Di
bumi terdapat berbagai macam ekosistem. Keberadaannya sebagian telah mengalami
kerusakan karena intervensi manusia. Akibatnya terjadi berbagai permasalahan
lingkungan akibat dari tidak seimbangnya interaksi yang terjadi didalamnya.
Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam suatu
keseimbangn tertentu.keseimbngan itu tidak bersifat statis melainkan dinamis.
Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar kadang-kadang kecil.
Perubahan itu dapat terjadi secara ilmiah, maupun sebagai akibat sebagai
perbuatan manusia.
Dengan
adanya fenomena diatas maka diperlukan adanya konsep ekosistem yang membuat
kita memandang unsur-unsur dalam lingkungan hidup kita tidak secara tersendiri,
melainkan secara terintegrasi sebagai sebagai komponen yang berkaitan dalam
suatu sistem. Pendekatan ini disebut pendekatan ekosistem atau pendekatan
holistik yang merupakan perhatian utama dalam pendekatan ekosistem.
Kesehatan
lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup
dan meningkat
kan
efisiensi kerja dan belajar.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada suatu daerah
disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil dan
perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan ) dan faktor kesehatan
lingkungan.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai. Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai. Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kesehatan Lingkungan
Ada beberapa definisi dari kesehatan
lingkungan :
- Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
- Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
2.1.1. Ruang Lingkup
Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization
(WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
- Penyediaan Air Minum
- Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
- Pembuangan Sampah Padat
- Pengendalian Vektor
- Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
- Higiene makanan, termasuk higiene susu
- Pengendalian pencemaran udara
- Pengendalian radiasi
- Kesehatan kerja
- Pengendalian kebisingan
- Perumahan dan pemukiman
- Aspek kesling dan transportasi udara
- Perencanaan daerah dan perkotaan
- Pencegahan kecelakaan
- Rekreasi umum dan pariwisata
- Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
- Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan
diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling
ada 8, yaitu :3
- Penyehatan Air dan Udara
- Pengamanan Limbah padat/sampah
- Pengamanan Limbah cair
- Pengamanan limbah gas
- Pengamanan radiasi
- Pengamanan kebisingan
- Pengamanan vektor penyakit
- Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
2.1.2. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
Masalah Kesehatan lingkungan
merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari
berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan
antara lain :
1.
Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat-syarat Kualitas
Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
berwarna
- Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
- Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2.
Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik
yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
a.
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
- Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
- Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
- Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
- Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
- Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
- Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3.
Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a.
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu
- Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
- Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
- Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4.
Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik
dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:
a.
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
- Penyimpanan sampah
- Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
- Pengangkutan
- Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur
pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing
unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
2.2. Kesehatan Lingkungan dengan Pendekatan Ekosistem
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar
yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka.
Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley pada tahun 1935.
Sebelumnya, telah digunakan istilah-istilah lain yairu biocoenosis dan
mikrokosmos. Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen,
makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim
(Resosoedarmo, 1990). Perbedaan antar ekosistem hanya pada unsur-unsur
penyusun masing-masing komponen tersebut. Masing-masing komponen ekosistem
mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses
dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem meliputi aliran energi, rantai
makanan, pola keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan pengendalian.
2.2.1 Susunan Ekosistem
Dilihat
dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai
berikut:
a.
Komponen autotrof
Autotrof
adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa
bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan
kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan
hijau.
b.
Komponen heterotrof
Heterotrof
merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya
dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof
adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c.
Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan
tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara,
sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
d.
Pengurai (dekomposer)
Pengurai
adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan
jamur.
2.2.2. Konsep Ekosistem
Masing
– masing komponen ekosistem saling berhubungan satu sama lain, dalam hubungan
antar komponen tersebut terjadi hubungan yang bersifat netral, ada yang bekerja
sama, ada yang menyesuaikan diri, tetapi ada pula yang menguasai komponen lain,
tetapi pada akhirnya alam menentukan adanya keserasian dan keseimbangan dalam
interaksi antar komponen – komponen ekosistem tersebut (Dwijoseputro, 1994).
Menurut
Ruslan H. Prawiro (1988) interaksi antar komponen ekosistem adalah sebagai
berikut:
a.
Interaksi Simbiosis
Yaitu
interaksi yang terjadi antar komponen, dimana kedua belah pihak tidak ada yang
dirugikan. Salah satu atau keduanya memperoleh keuntungan. Interaksi simbiosa
ini terdiri dari dua bentuk yaitu:
1.
Simbiosis mutualisme
Yaitu
kedua komponen atau organisme saling mendapat keuntungan. Pertumbuhan dan
survivalnya diuntungkan karenanya dan dalam keadaan wajar organisme tidak dapat
lestari apabila terpisah dari partnernya.
2.
Simbiosis komensalisme
Yaitu
hanya satu pihak saja yang diuntungkan, sedang yang lain tidak dirugikan.
Termasuk disini tumbuhan epifit yang hidup pada tumbuhan lain, seperti anggrek,
lumut pohon, dan sebagainya.
b.
Interaksi Antagonisme (Simbiosis Antagonisme)
Dalam
bentuk ini terdapat sifat antibiosa, eksploitasi dan kompetisi.
1.
Antibiosa yaitu komponen atau organisme mengeluarkan
bermacam-macam bahan dari hasil metabolismenya. Adakalanya ada bahan produksi
khusus yang sangat antagonistik terhadap spesies lain. cendawan seringkali
mengeluarkan bahan-bahan semacam itu, seperti peniciline, streptomycine,
auromycine.
2.
Eksploitasi dilakukan organisme predator atau parasit.
Predator menyerang makhluk lain untuk dikonsumsi. Termasuk golongan ini ialah
pemakan makhluk lain, seperti sapi, harimau, dan manusia. Parasit relatif kecil
dibanding makhluk lain yang dieksploitasi, hidupnya yang mengambil bahan
makanan dari induk semangnya.
3.
Kompetisi atau persaingan ada dua macam, yaitu tipe
persaingan yang langsung bertindak terhadap organisme lain dan tipe lain yang
didorong untuk memenuhi kebutuhan sumber daya hidup, lebih – lebih apabila
persediaan sumber daya kurang. Misalnya persaingan untuk memperoleh cahaya, air
dan bahan makanan. Apabila kedua belah pihak sama sekali tidak saling
mempengaruhi, maka mereka tidak menjalankan interaksi, mereka mengikuti
netralisme.
BAB
III
KESIMPULAN
3.
1. Kesimpulan
Kesehatan
lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus
menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan
ekologis. Masing – masing komponen ekosistem dan kesehatan lingkungan saling
berhubungan satu sama lain, dalam hubungan antar komponen tersebut terjadi
hubungan yang bersifat netral, ada yang bekerja sama, ada yang menyesuaikan
diri, tetapi ada pula yang menguasai komponen lain, tetapi pada akhirnya alam
menentukan adanya keserasian dan keseimbangan dalam interaksi antar komponen –
komponen ekosistem dan lingkungan tersebut. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan
Lingkungan Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai Mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor Mengolah tanah sebagaimana mestinya Menanam
tumbuhan pada lahan-lahan kosong Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat
kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
3.2. Saran
Dalam rangka meningkatkan kesehatan
lingkungan perlu ada upaya-upaya yang dapat dilakukan dengan teknologi
sederhana maupun tinggi agar kesehatan lingkungan tetap terjaga. Selain itu
kita juga seharusnya lebih peduli lingkungan dengan cara :
a.
Tidak mengotori lingkungan
b.
Tidak membuat lingkungan tercemar
c.
Menjaga/melindungi dan merawat
lingkungan
Daftar Pustaka
Darsono,
Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Universitas Atmajaya
Press. Yogyakarta.
Dwijoseputro,
D. 1994. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Erlangga. Jakarta.
M
Harun, Husein. 1993. Lingkungan Hidup: Masalah, Pengelolaan dan Penegakan
Hukumnya. Bumi Aksara. Jakarta.
Prawiro,
Ruslan H. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satya Wacana. Jakarta.
Resosoedarmo
S, Dkk. 1990. Pengantar Ekologi. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Soemarwoto,
Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.
Jakarta.
Soeparman
dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar.
Jakarta : EGC.
Lain-lain :
Departemen
Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Menteri
Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar